Rubber Hardness Scale / Kekerasan Karet

berikut ini beberapa perbandingan karet lunak vs karet keras (berlaku kebalikan)
Karet Lunak :
  • Flexible terhatap tekanan dan dapat diandalkan untuk melakukan "seal" suatu gap. pengaplikasian Gasket, Ring, dll.
  • Daya Kenyal yg bagus. dapat diandalkan untuk pembuatan produk yg memerlukan pantulan tinggi. pengaplikasian bola mesin ayakan
  • Grip (daya lekat) yg bagus, sehingga tidak mudah selip. pengaplikasian pada roda, high speed roller, transmit belt, dll.
Karet Keras :
  • Tahan Gesek, semakin keras suatu material otomatis semakin awet terhadap gesekan. aplikasi High Load Roller (escalator roller) 
  • Kekuatan Tarik yg tinggi sehingga dapat menerima pressure yg lbh tinggi. aplikasi Seal hydrauli.
  • Kuat meredam getaran/tumbukan, aplikasinya untuk high impact bumper spt fender kapal.



Lantas bagaimana melakukan pengukuran kekerasan karet?. dengan menggunakan alat bantu (Durometer) kita bisa mengetahui seberapa keras suatu material lunak (karret). alat ini bekerja dengan melakukan penetrasi (berupa jarum) kedalam material, dan jarum indikatorakan melakukan pengukuran 0-100. Sakala/satuan untuk pengukuran kekerasan ini ialah"shore" dan untuk material jenis karet menggunakan Jenis A (untuk material yg lbh keras seperti plastik menggunakan Jenis D).
Tidak ada klasifikasi khusus yg menentukan karet disebut lembek atau keras, hal yg berlaku dilapangan ialah jika kekerasannya ada dibawah 60 shore A biasa diklasifikasikan lembek, 60-70 shore A sedang, dan diatasnya diklasifikasikan sebagai karet keras. Namun hal ini berlaku relatif.












Karet Sintetis & Karet Alam



Karet sintetis, atau polimer, merupakan jenis elastomer buatan yg dihasilkan melalui di-sintesisdari produk sampingan minyak bumi. Elastomer sendiri adalah bahan dengan mekanik (materi) properti yang dapat mengalami de-formasi (pembentukan kembali) jauh lebih elastis di bawah tekanan dari sebagian besar bahan dan masih bisa kembali ke ukuran sebelumnya tanpa de-formasi permanen. Sekitar 15 miliar kilogram karet diproduksi setiap tahunnya, dan dari jumlah itu dua per tiga adalah produk sintetik. Karet sintetis, seperti juga karet alam, memiliki kegunaan dalam berbagai industri mulai dari Industri Rumah Tangga sampai Industri Skala Besar, antara lain untuk profil pintu dan jendela, selang (hose), ikat pinggang, anyaman, lantai dan peredam.

Karet Alam & Karet Sintetis
Karet alam, yang berasal dari lateks Hevea Brasiliensis, terutama poli-cis-isoprena mengandung jejak kotoran seperti protein, kotoran dll. Meskipun bersifat sangat baik dalam hal kinerja mekanik, namun karet alam sering kalah dengan karet sintetis tertentu, terutama yang berkaitan dengan stabilitas termal dan kompatibilitas dengan produk minyak bumi.






Sejarah
Pada tahun 1879, Bouchardat menciptakan salah satu bentuk karet sintetis, yang disebut Polimer Isoprena. Perluasan penggunaan kendaraan bermotor, dan ban kendaraan bermotor khususnya, yang dimulai pada tahun 1890, menciptakan peningkatan akan permintaan karet. Pada tahun 1909, sebuah tim yang dipimpin oleh Fritz Hofmann, bekerja di laboratorium Bayer di Elberfeld, Jerman, juga berhasil mem-polimerisasi Metil Isoprena, karet sintetis pertama. Ilmuwan Rusia Sergei Vasiljevich Lebedev menciptakan polimer karet pertama disintesis dari Butadiena pada tahun 1910. Bentuk karet sintetis memberikan dasar untuk produksi komersial skala besar, yang terjadi selama Perang Dunia I sebagai akibat dari berkurangnya karet alam. Bentuk awal karet sintetis lagi-lagi diganti dengan karet alam setelah perang berakhir, namun penyelidikan mengenai karet sintetis terus berlanjut. Ivan Ostromislensky melakukan penelitian awal yang signifikan pada karet sintetis dan beberapa monomer pada awal abad 20.
Masalah politik yang dihasilkan dari fluktuasi besar dalam biaya karet alam menyebabkan diberlakukannya UU Stevenson pada tahun 1921. Tindakan ini pada dasarnya menciptakan sebuah kartel yang mengatur produksi.

Tabel Karet Sintetis
Code
Nama Teknis
Nama Umum
ACM Polyacrylate Rubber
AEMEthylene-acrylate Rubber
AUPolyester Urethane
BIIRBromo Isobutylene IsopreneBromobutyl
BRPolyButadienaBuna CB
CIIRChloro Isobutylene IsopreneChlorobutyl, Butyl
CRPolyChloropheneChlorophrene, Neoprene
CSMChlorosulphonated PolyethyleneHypalon
ECOEpiChlorohydreneECO, Epichlorohydrin, Epichlore, Epichloridrine, Herclor, Hydrin
EPEthylene Propylene
EPDMEthylene Propylene Diene MonomerEPDM, Nordel
EUPolyether Urethane
FFKMPerfluorocarbon Rubber
FKMFluoronated HydrocarbonViton, Kalrez, Fluorel, Chemraz
FMQFluoro SiliconeFMQ, Sillicone Rubber
FPMFluorocarbon Rubber
HNBRHydrogenated Nitrile ButadieneHNBR
IRPolyIsophrene(Synthetic) Natural Rubber
IIRIsobutylene Isophrene ButylButyl
NBRAcrylonitrile ButadieneNBR, Nitrile Rubber, Perbunan, Buna-N
PUPolyUrethanePU, Polyurethane
SBRStyrene ButhadieneSBR, Buna-S, GRS, Buna VSL, Buna SE
SEBSStyrene Ethylene Butylene Styrene CopolymerSEBS Rubber
SIPolysiloxaneSillicone Rubber
VMQVinyl Methyl SiliconeSillicone Rubber
XNBRAcrylonitrile Butadiene Carboxy MonomerXNBR, Carboxylated Nitrile
XSBRStyrene Butadiene Carboxy Monomer
YBPOThermoplastic Polyether-ester
YSBRStyrene Butadiene Block Copolymer
YXSBRStyrene Butadiene Carboxy Block Copolymer






Karet Membrane Diaphragm (selenoid, PRV, Compresor, Brake)


       Fungsi utama dari membran ialah meneruskan tekanan yang terjadi pada salah satu bilik (room) ke bilik yang lain, dan selanjutnya dapat diaplikasikan sebagai valve, sensor, blower, dll. Jadi cara kerja membran sebenarnya sederhana, membran ditempatkan pada antara bilik, dan bila ada tekanan pada salah satu bilik, maka tekanan tersebut akan diteruskan pada bilik yang lainnya.



      Meski fungsi membran sederhana, tatapi pembuatan part ini tidaklah sederhana, dan bahkan merupakan rubber part yang cukup rumit untuk dibuat. supaya tidak cepat sobek, maka biasanya membran terdiri dr lapisan penguat/reinforce (berupa anyaman) dan karet sebagai seal. tetapi untuk kondisi ekstrim kadang juga ditambahkan polymer lain sebagai penguat, pada umumnya ialah PTFE. Hal pertama yang harus diperhatikan pada membran ialah elastisitasnya, selain itu membran hendaknya terbuat dari material yang tidak mudah sobek. Lalu jika membran digunakan pada lingkungan yang khusus (misalkan terendam Aftur), maka material yang digunakan juga harus tahan terhadap cairan tersebut.



Rubber Coupling / Karet Kopling



Coupling ialah suatu alat yang berfungsi untuk menghubungkan dua shaft  guna menyalurkan suatu gerak (torsi),  secara sederhana coupling berfungsi sebagai sambungan. Cara kerja  coupling ialah sederhana, shaft yang digerakan dan shaft yang menggerakan dihubungkan pada ujung coupling, pada awalnya kedua shaft diam, saat awal shaft penggerak mulai bekerja(berputar), terjadi hentakan di coupling, untuk meredam hentakan ini maka digunakanlah komponen peredam di dalam coupling yang terbuat dari karet (sering disebut dengan karet coupling).



Sesuai dengan tipe-tipe coupling, maka komponen karet yang digunakan juga terdiri dari berbagai macam jenis




Rubber Mounting (Karet Tatakan / Pangkon)


Rubber Mounting (pangkon/tatakan) mempunyai fungsi untuk meredam getaran yang timbul dari suatu sistem sehingga tidak merusak konstruksi dari sistem/mesin tersebut. Mounting ditempatkan diatara benda yang bergerak/bergetar sehingga getaran yang ditimbulkan dapat diredam dan tidak menjalar ke bagian sistem/mesin yang lain. 







     Sebuah Mounting haruslah kenyal, karena dari sifat elastis inilah getaran dapat diredam. sebagian besar mounting terdiri dari dua material yaitu logam dan karet, dimana kedua material tersebut harus melekat dengan sempurna agar dapat bekerja dengan baik. seringkali mounting gagal bekerja bukan karena kurang kenyal, tetapi lebih karena perekat yang kurang sempurna antara logam dengan karet.